- Back to Home »
- DEPARTEMEN KAJIAN ILMIAH »
- SEMINAR KEILMUAN - Supercritical Carbon Dioxide: Water-Free Technologies for Ecofriendly & Sustainable Dyeing.
SEMINAR KEILMUAN - Supercritical Carbon Dioxide: Water-Free Technologies for Ecofriendly & Sustainable Dyeing.
Posted by : HIMAKIT
Rabu, 22 Agustus 2018
Perkembangan dalam bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan selalu terjadi
seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman khususnya di bidang
tekstil. Sebagai mahasiswa tekstil tentunya wawasan dan pengetahuan tentang
teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang tekstil sangat diperlukan.
Departemen Kajian Ilmiah HIMAKIT-Politeknik STTT Bandung mengadakan kegiatan
Seminar Keilmuan sebagai sarana untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada
mahasiswa Politeknik STTT Bandung mengenai perkembangan di bidang tekstil.
Seminar Keilmuan telah dilaksanakan pada 14 April 2018 lalu dengan tema
“Membangun Generasi Cerdas Masa Kini dan Masa Depan Melalui Teknologi Tekstil”
yang dibawakan oleh dosen kita Bapak Mohammad Widodo, A.T., M.Tech., Ph.D. dengan
materi Supercritical Carbon Dioxide:
Water-Free Technologies for Ecofriendly & Sustainable Dyeing.
Supercritical Carbon Dioxide merupakan proses tekstil tanpa menggunakan media air,
melainkan gas CO2. Salah satu hal yang melatarbelakangi inovasi
dalam teknologi tekstil ini adalah banyaknya air yang digunakan dalam proses
basah tekstil. Produksi tekstil (termasuk pertanian kapas) menggunakan hampir
100 milyar m2 air setiap tahun, mewakili 4% dari penarikan air tawar
global. Untuk pembuatan satu baju berbahan katun membutuhkan 2.700 liter air
yang sama dengan kebutuhan satu orang untuk minum selama 2,5 tahun. Mencelup
dengan supercritical carbon dioxide
dapat menghilangkan separuh dari penggunaan air dalam proses pencelupan. CO2
bukan satu-satunya fluida yang dapat dijadikan superkritik. Benda akan berubah
wujud sesuai dengan kenaikan suhu. Supercritical
Fluid (SCF) adalah zat yang berada pada suhu dan tekanan di atas titik
kritisnya yang memiliki kemampuan berdifusi melalui benda padat seperti gas dan
melarutkan benda seperti cairan. CO2 terdiri dari gas dan cairan.
Semakin tinggi suhu dan tekanan maka akan berubah menjadi SCF. CO2 digunakan
karena tidak mudah terbakar, tidak beracun, relatif murah, dapat didaur ulang,
dapat melarutkan senyawa non polar hingga sedikit polar karena berat molekulnya
rendah, dan CO2 meninggalkan jumlah
residu yang lebih rendah dalam produk dibandingkan dengan pelarut konvensional,
dan ini tersedia dalam bentuk yang relatif murni dan dalam jumlah besar.
Dalam pencelupan, biasanya digunakan
kain kapas/katun menggunakan zat warna reaktif. Meskipun perkembangan
pencelupan dengan kemampuan fiksasi yang tinggi telah berkembang, namun
pencelupan masih membutuhkan banyak garam, air dan energi karena 50-70% zat
warna terhidrolisa, serta menyebabkan pencemaran yang berwarna. Maka inovasi Supercritical CO2 (scCO2)
digunakan untuk pencelupan kain poliester karena penggunaan zat kimia yang
lebih sedikit. Keuntungan dari proses scCO2 dibanding air adalah,
tidak menggunakan air, tidak menggunakan zat pembantu, 100% zat warna
terfiksasi (zero waste), mengurangi pemakaian energi sebesar 63%, 40% lebih
cepat dari pencelupan konvensional. Sedangkan kekurangannya adalah mesinnya
mahal, hanya dapat digunakan untuk kain poliester.
Peluang Indonesia terkait ini adalah
industri tekstil di Indonesia mengutamakan produksi dan pengolahan kapas serta
poliester, di Indonesia tidak menghasilkan kapas sendiri melainkan harus
mengimpor, poliester dapat dibuat sama nyamannya dengan kapas dengan menerapkan
teknologi kenyamanan tekstil. Oleh karena itu, Indonesia dapat mengembangkan
teknologi Supercritical CO2
untuk mengurangi banyaknya pemborosan dari segi biaya, energi, air, zat
pembantu dan lainnya pada pencelupan kain kapas.